#DILAN1990 Review - Indonesia

Dilan 1990. Cerita klasik mengenai percintaan remaja pada jaman 1990. Gue belum lahir tentunya. Tapi gue jamin, kalian semua yang masih dalam proses PDKT atau yang sedang sendirian (Karena menggunakan Jomblo sedikit kasar) bakalan BAPER. Iya, kebawa perasaan. Bukan karena kita yang bakalan baper, tapi bagaimana seorang Dilan bisa membuat kami para wanita menjadi luluh dan jatuh cinta. Singkat cerita Dilan adalah anak nakal yang menggunakan gombalan mulusnya untuk mengkait Milea. Gue kalau boleh jujur, gue jarang banget nonton film Indonesia ataupun film luar. Karena menurut gue, akhir-akhir ini film yang ditampilkan bukan selera gue. Tapi kali ini berbeda. Banyak orang yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap film ini dan gue merupakan salah satunya.

Gue masih anak sekolah sehingga gue bisa merasakan perasaan Milea. Singkat cerita, gue gak suka sama Iqbal. Why? Karena masa lalunya yang masih melekat di dirinya dan membuat masyarakat kecewa ketika film Dilan mengungkapkan bahwa pemeran Dilan adalah Iqbal. Gue juga gak suka karena gue ngerasa bahwa Iqbal terlihat tidak dewasa.

TAPI GUE SALAH.

Iqbal anggota boyband jaman gue smp dulu berbeda dengan Iqbal yang memainkan peran Dilan. Iqbal terlihat JAUH lebih dewasa dan bisa membuat semua anak remaja terpesona dengan aktingnya. Aktingnya 10/10. Sangat natural. Terutama ketika ia harus berakting tertawa dengan Milea. Sangat natural. Ia seperti sedang menelepon pacarnya yang berada jauh diluar sana. Berbeda dengan Milea, aktingnya bagus cuman ketika bagian tertawa, ia masih terlihat kaku. Gue jujur kasihan sih sama Milea, dia (SPOILERLER) harus ditampar sebanyak 2x dan diperlakukan tidak adil sebagai seorang wanita.

GUE nonton DILAN dan melihat Milea ditampar, gue mau nangis. Gila, bukan bagian yang sedih gue ingin nangis. Kenapa? Karena Milea adalah perempuan dan gue merasa sebagai perempuan juga merasa bahwa tindakan brengsek seperti itu sangat kurang ajar. Apakah wajar, jika kita perempuan harus dibilang (SPOILERLER) pelacur hanya karena kita berteman dengan laki-laki? Haruskah kita ditampar hanya karena bertanya dimanakah teman kita? Gue betul-betul sakit hati dan temen gue gak sengaja netesin air mata gara-gara adegan itu. Ditampar didepan banyak orang dan astaga, gue pasti lari dan gak mau ketemu sama teman-teman gue lagi.

Bagian Dilan. Like, he is the most romantic person at that time. Dilan menetapi janjinya dan lebih memilih untuk bersama Milea walaupun ada kepentingan penting yang harus dilakukan. Kebanyakan kan laki-laki bilang,

 “Gak bisa. Aku harus pergi Milea. Tolong ngertiin aku. Sekali aja.

Dilan? NO. Dia memilih Milea dan gue ngerasa kayak, DANGG. Gue juga pengen punya cowok kayak gitu. Bayangkan, dia rela jalan kaki, ikut angkot, nungguin Milea, nganterin Milea dan rela menunggu kepastian Milea bahkan terlalu percaya diri dan itu membuat gue merasa bahwa, ini bisa membuat siapa aja baper. Kalau jaman sekarang, laki-laki gombal dan gombalannya terdengar sangat alay. Berbeda dengan Dilan yang gombalannya sangat halus dan mulus-semulus pantat bayi. Bagian yang bikin gue merasa bahwa, ya ini apa yang harusnya dilakukan oleh seorang laki-laki walaupun seharusnya tidak dilakukan. Bagian Dilan menetapi janjinya;

Jangan sampai ada yang menyakitimu. Orang itu pasti hilang.”

Mana ada, cowok yang datang-datang langsung main nonjok didepan banyak orang tanpa peduli siapapun disekelilingnya. Peran Dilan seolah berkata “Gue gak akan gak menepati janji gue” dan gue betul-betul merasa bahwa Dilan adalah orang yang baik. Peduli amat dia main tonjok selama dia bisa menepati janjinya, menurut gue oke-oke aja. Apalagi, sosok Dilan yang berusaha untuk membuat Milea senyum hanya dengan candaan bapernya. Itu BISA membuat semua wanita luluh. Bahkan yang preman sekalipun.

Sekian review dari gue. Gue cuman meminta tuhan “tolong simpan cowok macam Dilan satuuu aja didunia.” Makasih. Bye~

Comments

Popular posts from this blog

Review Novel--Rahasia Tergelap-- Lexie Xu-- Indonesia

Review Novel (ReNe) SPAMMER- Ronny Mailindra - Indonesia